DETIKDATA, JAKARTA – Meski masih dibayang-bayangi masa pandemik yang belum jelas diketahui kapan berakhir, Ditjen Pendidikan Vokasi, Kemendikbud terus diri menggeliatkan menjalankan kebijakan maupun program demi memajukan pendidikan vokasi di Tanah Air.
Adapun strategi yang terus digeliatkan, yakni pertama, menerapkan kebijakan program “link and match” paket 8 + 1 yang bukan sekadar Mou. Kedua, re-branding pendidikan vokasi, dan ketiga, merombak mindset SDM pendidikan vokasi.
Untuk program “link and macth” yang didorong mencakup penyelarasan kurikulum satuan pendidikan vokasi dengan industri, pengembangan soft skill dengan project base learning, guru tamu dari industri mengajar di satuan pendidikan vokasi (minimal 50 jam per semester per prodi), magang minimal satu semester, penerbitan sertifikasi kompetensi, pendidikan dan pelatihan pengajar pendidikan vokasi di industri, riset terapan yang menghasilkan produk untuk masyarakat, serta komitmen serapan lulusan oleh dunia usaha dan industri (DUDI).
“Sedangkan +1 dari program link and match tersebut adalah bantuan, beasiswa maupun ikatan dinas yang diberikan oleh dunia usaha dan industri” jelas Dirjen Diksi Wikan Sakarinto, Jumat (8/1/2021).
Menyoal re-branding, Ditjen Pendidikan Vokasi akan senantiasa melakukan strategi pemasaran dengan pelbagai konten yang menarik minat masyarakat terhadap pendidikan vokasi, terutama pemanfaatan platform digital bagi kaum milenial.
“Selain media cetak (konvensional), juga dilakukan branding melalui media sosial dalam bentuk video, film maupun lagu, dan lainnya oleh Sekretariat Ditjen dan termasuk yang dilakukan oleh Direktorat Kemitraan dan Penyelerasaan Dunia Usaha dan Industri (Mitras DUDI),” terang Wikan.
Sementara itu, guna merombak mindset SDM pendidikan vokasi harus dimulai dari keberanian para pimpinan maupun pengajar satuan pendidikan vokasi untuk mengubah karakternya demi melakukan berbagai inovasi bagi pendidikan vokasi. Tercatat, lebih dari 3.500 pimpinan dan pengajar SMK telah mendapatkan training mindset, leadership, dan kompetensi produktif pada 2020 lalu.
Kemudian Ditjen Pendidikan Vokasi akan memberikan dukungan, baik bantuan dana maupun kebijakan, agar hasil yang diharapkan dari pendidikan vokasi dapat terwujud, yakni menghasilkan SDM yang kompeten, unggul, dan match (hard skills, soft skills maupun karakter nan kuat).
“Kami juga membentuk Forum Pengarah Vokasi (Rumah Vokasi) dengan 50 anggotanya saat ini yang berasal dari para pemimpin dunia usaha dan industri, misalnya Kadin, Apindo, BUMN, asosiasi profesi, dan kawasan industri,” tutur Wikan.
Antusias Meningkat
Dengan berbagai program yang telah diluncurkan oleh Ditjen Pendidikan Vokasi, diketahui enam bulan belakangan ini telah terjadi peningkatan pemahaman dan juga gairah, baik dari satuan pendidikan vokasi maupun dunia usaha dan industri. Hal tersebut dibuktikan dengan berjalannya program “link and match” secara nyata dan tuntas antara satuan pendidikan vokasi dengan DUDI. Pasalnya, Paket 8 + 1 sudah banyak diwujudkan oleh ribuan SMK serta ratusan perguruan tinggi vokasi (PTV) dan lembaga kursus dan ketrampilan (LKP).
Selain itu, tambah Wikan, terjadi perubahan mindset dari para pimpinan satuan pendidikan vokasi Tanah Air yang kini lebih terbuka dan berani melakukan terobosan untuk mewujudkan “link and match” seutuhnya.
“Karenanya, kami akan terus meningkatkan mindset dan leadership SDM pendidikan vokasi secara pesat dan cepat,” tegasnya
Tak hanya satuan pendidikan vokasi, pihak industri juga kian terbuka untuk melakukan kerja sama dengan satuan pendidikan vokasi. “Kami pun telah memberikan penghargaan kepada 40 IDUKA (dunia indusri, usaha, dan kerja, red) baik swasta maupun BUMN karena mereka turut membina puluhan, bahkan ratusan, satuan pendidikan vokasi. Mereka semakin menerima karena dengan ‘link and match’, lulusan pendidikan vokasi sesuai dengan kebutuhannya,” jelas Wikan.
Perubahan Kurikulum SMK
Demi mewujudkan keterserapan lulusan pendidikan vokasi, perubahan kurikulum menjadi dasar melakukan “link and match”. Semisal untuk SMK, dilakukan lima aspek perubahan. Pertama, mata pelajaran yang bersifat akademik dan teori akan dikontekstualisasikan menjadi vokasional, misalnya matematika dan Bahasa Indonesia akan menjadi matematika terapan dan Bahasa Indonesia terapan.
Kedua, magang atau praktik kerja industri (prakerin) minimal satu semester atau lebih. Lalu, ketiga, terdapat mata pelajaran project base learning dan ide kreatif kewirausahaan selama 3 semester.
Keempat, SMK akan menyediakan mata pelajaran pilihan selama 3 semester, misalnya siswa jurusan teknik mesin dapat mengambil mata pelajaran pilihan marketing. Terakhir, terdapat co-culiculer wajib di tiap semester, misalnya membangun desa dan pengabdian masyarakat.
“Pada program SMK CoE 2020, kami juga telah memasukkan paket 8+1, sedangkan pada 2021 akan diluncurkan program SMK Pusat Keunggulan (PK), yakni penyempurnaan SMK CoE dengan melibatkan PTV untuk membina SMK,” jelas Wikan.
Adapun menyoal road map ke depannya, Ditjen Pendidikan Vokasi sendiri telah memiliki langkah-langkah strategis demi mencapai tujuannya, yakni :
1. Menciptakan SDM lulusan yang kompeten, unggul, dan sesuai dengan kebutuhan industri skala nasional maupun global.
2. Terjadi peningkatan produktivitas, inovasi, serta daya saing yang signifikan hingga memajukan pertumbuhan ekonomi.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan karir lulusan vokasi lebih baik.
4. Menciptakan generasi wirausaha yang tangguh dan inovatif.
5. Input peserta didik pendidikan vokasi harus passion dengan dunia vokasi.
6. Keterlibatan dunia industri dan kerja semaksimal mungkin.
7. Peningkatan soft skills dan karakter lulusan agar menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat.
8. Mampu menjawab tantangan kebutuhan kompetensi masa kini dan mendatang.
9. Riset terapan yang menghasilkan produk nyata yang dihilirkan ke pasar industri dan masyarakat. (DD/H)