Lakukan Pidana, Imigrasi Tangkap Pencari Suaka

Pencari Suaka Ditangkap (I-Antara)

DETIKDATA, BAGANSIAPIAPI – Kantor Imigrasi (Kanim) Kelas II Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Bagansiapiapi menangkap pencari suaka asal Myanmar dengan inisial YNM, karena telah melakukan tindak pidana keimigrasian pada 2 Juni 2022.

Tersangka ditangkap oleh petugas Imigrasi pada bagian loket penerimaan berkas permohonan Dokumen Perjalanan Republik Indonesia (DPRI/paspor), karena dicurigai sebagai WNA yang akan membuat paspor.

Hal tersebut disampaikan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Riau, Mhd. Jahari Sitepu, melalui keterangan tertulisnya, Minggu (26/6/2022).

“Kami berhasil mengamankan WN Myanmar itu pada saat melakukan permohonan berkas paspor. Tersangka melampirkan dokumen kependudukan Indonesia yaitu Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), Akta Kelahiran dan Buku Nikah. Semua dokumennya tidak sah atau palsu,” kata Mhd. Jahari Sitepu.

Menurut Jahari, tersangka memiliki dokumen yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa urusan Pemgungai (UNHCR) Malaysia, yang menyatakan bahwa yang bersangkutan merupakan pencari suaka asal Myanmar.

Setelah tersangka diperiksa dan juga saksi-saksi terhadap yang bersangkutan, dinaikkan status pemeriksaan menjadi penyidikan.

Saat ini tersangka ditahan dan dititipkan di Lapas Kelas IIA Bagansiapiapi selama 20 hari ke depan terhitung dari 23 Juni-12 Juli 2022.

Dengan adanya kejadian ini, Kepala Kanwil Kemenkumham Riau berharap dan berpesan kepada seluruh imigran di Indonesia, terkhusus bagi pengungsi dan pencari suaka agar selalu bersikap baik dan menaati seluruh aturan yang berlaku serta tidak membuat kegaduhan di negeri ini.

“Kami sadari bahwa pengungsi dan pencari suaka yang ada di Riau itu sudah tidak sabar untuk dipindahkan ke negara ketiga. Ikuti saja aturannya, jangan coba-coba melawan hukum. Begini jadinya kalau melanggar, tersangka langsung kami pidanakan,” kata Jahari.

Sementara itu, Kepala Kanim Bagansiapiapi Agus Susdamajanto menambahkan, pria WN Myanmar tersebut mulai ditahan pada 2 Juni 2022, karena telah memberikan data yang tidak sah atau keterangan tidak benar untuk memperoleh dokumen perjalanan Republik Indonesia.

“Sesuai Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dalam Pasal 126 huruf C, maka tersangka akan dipidana penjara paling lama 5 tahun dan pidana denda paling banyak Rp500 juta,” katanya.

Tersangka yang tinggal di Kepenghuluan Raja Bejamu, Kecamatan Sinaboi, Rokan Hilir sejak 2020 ini, juga sudah memiliki istri dan anak. (DD/IP)