DETIKDATA, KUPANG – Kebijakan pemerintah adalah agenda yang penting, memberi pengaruh yang serius baik bagi masyarakat maupun dapat merubah kultur suatu wilayah tertentu. Karena itu, penting untuk pemerintah mengevaluasi kebijakannya agar menjadi gagasan yang matang dan berdampak baik. Tentu segala kebijakan, harus disadari bahwa memiliki kekurangan dan kelebihan. Kendati demikian, upaya “mencoba/melatih” itu penting dan harus dilakukan.
Sehubungan dengan adanya instruksi Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat terkait program perubahan jadwal masuk sekolah siswa SMA yang biasanya dimulai Pukul 07.00 WITA, kini hendak dimulai pada Pukul 05.00 WITA. Dengan alasan, untuk meningkatkan kualitas pendidikan siswa serta menciptakan kedisiplinan bagi siswa SMA. Bagi saya ada esensi yang harus diperhatikan di sini.
Instruksi ini berkaitan dengan pernyataan Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT beserta seluruh Kepala SMA/SMK se-Kota Kupang, Kamis (23/02/23).
“Urus manusia itu tidak gampang, harus ada cinta, harus disertai dengan hati, harus terus dilakukan pendampingan. Tanpa cinta, pendidikan di NTT tidak akan maju. Kita sudah terlalu jauh tertinggal dari daerah-daerah lain, jadi kita tidak bisa bekerja dengan cara yang biasa-biasa saja,”
Saya mencoba untuk menghubungkan gagasan diatas dengan ide gubernur yang diucapkan pada pembukaan sidang Majelis Sinode.
Menurut Gubernur, upaya yang dilakukan bertujuan selain meningkatkan kualitas pendidikan, pada sisi yang lain untuk “melatih kedisiplinan”. Kita mesti menggarisbawahi ide ini.
Kebijakan apapun itu tidak boleh ditafsir terlepas dari logika yang dibangun dibaliknya. Sebab, bagi saya segala hal memang butuh latihan dan pengorbanan. Logikanya ada pada pemikiran ini juga.
Benar bahwa kebijakan merubah waktu sekolah itu ada kemungkinan bisa tepat, bisa tidak tepat. Tapi, apakah itu tidak penting?
Saya harap kita tidak terburu-buru. Sebab, perhatian terhadap latihan kedisiplinan waktu itu adalah sesuatu yang berharga.
Kita ambil contoh, anak-anak yang sejak dahulu bangun pagi, kebiasaan ini telah banyak memberi kontribusi yang baik. Anak-anak kemudian sangat terlatih dengan kedisiplinan waktu.
Selain itu, contoh lain yang kita temukan hari ini adalah banyak anak-anak yang tidak lagi terbiasa bangun pagi. Sedangkan filosofi budaya kita adalah “bangun sebelum mata hari terbit, atau bangun sebelum ayam turun mencari makan.”
Ada hal yang sangat filosofis.
Menurut saya, dengan adanya kebijakan pemerintah terkait beberapa sekolah yang harus mulai sekolah jam 05:00 pagi itu juga penting untuk mengurangi kebiasaan anak bermain sampai tengah malam. Jika masalahnya ada pada anak-anak kurang waktu tidur (8-9 jam per hari), maka waktu tidurnya yang harus diperhatikan oleh orang tua. Membandingkan kebijakan ini dengan kebiasaan dunia maju yang sekolah pada jam 09:00, itu juga berlebihan.
Karena itu, Harapan saya kepada pemerintah dan Sekolah adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan pemerintah untuk beberapa sekolah harus memulai sekolah di jam 05:00 pagi, boleh diterapkan (sebagai percobaan) dan selanjutnya harus dievaluasi agar menemukan peluang dan tantangan.
2. Selain kebijakan terkait waktu, pemerintah dan sekolah harus memperhatikan fasilitas belajar. Perhatian terhadap fasilitas harus dimulai di sekolah dasar hingga Sekolah menengah. Selain itu, guru-guru harus disiplin dalam mengajar dan proses belajar harus diupayakan efektif. Hal ini harus dilakukan. Sebab dengan itu, tidak hanya kedisiplinan waktu yang terealisasi tetapi peningkatan sumber daya semakin matang.
3. Pemerintah mesti membuat kajian yang mendalam. Dan sebaiknya, segala kebijakan harus didahului dengan kajian akademis yang kuat. Sebab, segala hal harus dipertimbangkan potensi kelebihan dan kekurangan.
4. Sekolah-sekolah mesti memperhatikan proses belajar siswa yang memerdekakan. Kualitas siswa selain bergantung pada kedisiplinan waktu, semangat dan intensitas belajar, tetapi juga bergantung pada kesiapan fasilitas dan kekonsistenan guru-guru dalam mengajar.
Paulo Freire, ahli pendidikan Brazil sekaligus seorang ahli psikologi pendidikan, misalnya telah memberikan catatan kritis terkait peningkatan kualitas siswa.
Benar bahwa yang terpenting adalah siswa/siswi harus belajar secara bebas-merdeka. Dengan itu, peningkatan kualitas terwujud. Tapi, kedisiplinan waktu, kedisiplinan belajar mengajar itu juga hal yang penting.
Bagi saya, kebijakan yang diinstruksikan oleh gubernur tidak untuk semua sekolah. Ada kekhususan. Ada maksud uji coba dibaliknya. Karena itu, saya berharap untuk kita mencoba menelisik dan memproyeksikan dampaknya. Sebab hal ini bisa dikatakan sebagai uji coba. Bisa berdampak baik, bisa juga tidak. Jika kebijakan ini diterapkan serentak dengan kajian dan evaluasi, maka apapun dampaknya akan menjadi titik balik dan atau tindak lanjut.
Banyak ide yang Gubernur gagas, tapi selalu terkendala pada realisasi. Karena itu, ide dan kebijakan yang baru ini juga mesti dipikirkan secara matang dan direalisasikan secara bijak.
“Bagi saya, tidak ada kekurangan yang merisaukan, kecuali keyakinan dari dalam diri yang menghilang.
Oleh Ketua Cabang GMKI Kupang, Frids Tae.