WARTA  

MENYATUKAN LANGKAH, MENGHIDUPI PANGGILAN “UT OMNES UNUM SINT”

DETIKDATA, Waingapu. Di tengah dunia yang kerap bising oleh ambisi dan kepentingan, suara kebenaran sering kali menjadi asing, bahkan diabaikan. Namun, dalam sanubari yang paling dalam, terus bergema sebuah panggilan: untuk menjadi terang, meski kecil; untuk bersuara, meski sendiri.

 

Menjadi bagian dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) bukan sekadar urusan struktural. Ini adalah panggilan spiritual yang mengingatkan bahwa iman tak bisa diam, apalagi tunduk pada arus zaman yang membungkam nurani. GMKI adalah rumah perjuangan, tempat suara-suara kecil ditempa untuk bersinar, dibentuk untuk lantang menyuarakan keadilan, dan diarahkan untuk setia berjalan bersama Tuhan dalam realitas yang penuh luka. Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks, GMKI perlu dimaknai bukan semata sebagai organisasi, melainkan sebagai ruang pembentukan diri untuk menjadi terang dan garam bagi dunia. Bukan hanya untuk sesama anggota, tetapi juga bagi masyarakat luas yang merindukan keadilan, kebenaran, dan pengharapan. Keterlibatan dalam GMKI tidak cukup hanya diwujudkan melalui aktivitas rutin; diperlukan kesadaran kolektif akan tanggung jawab moral yang besar, yakni menjadi “terompet moral” yang menyuarakan kebenaran bahkan ketika kebenaran itu tidak lagi populer.

Gerakan ini harus hidup, merasakan denyut zaman, dan menjawab tantangan yang ada dengan iman yang konkret. GMKI harus mampu merefleksikan iman secara kontekstual, memahami dinamika sosial mulai dari polarisasi, intoleransi, krisis lingkungan, hingga degradasi nilai moral. Lebih dari itu, GMKI dipanggil untuk peka terhadap realitas dan berani menyuarakan suara profetis, suara yang menolak diam di hadapan ketidakadilan. Namun, suara profetis tidak akan berarti tanpa tindakan nyata. Oleh karena itu, diperlukan aksi transformatif yang melampaui diskusi menuju pelayanan yang menjamah kehidupan: merangkul yang terpinggirkan, menyalakan semangat solidaritas, dan membangun komunitas yang inklusif. GMKI juga perlu menjadi ruang pertumbuhan yang utuh: intelektual, spiritual, dan sosial. Membangun jaringan antar komisariat, menjalin sinergi dengan masyarakat sipil, membuka ruang dialog lintas iman, serta memperluas kolaborasi strategis menjadi langkah penting agar GMKI tetap relevan baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.

Dalam dinamika gerakan, kewaspadaan terhadap dua jebakan besar harus terus dijaga: isolasionisme dan konformisme. GMKI tidak boleh terasing dari dunia, tetapi juga tidak boleh larut dalam arusnya. Sebagai gerakan yang membawa harapan dan transformasi, GMKI harus hadir sebagai alternatif yang kokoh. Peran dan fungsi GMKI tidak berhenti pada tataran struktural, melainkan menyentuh panggilan iman yang lebih dalam. Untuk itu, semangat gerakan ini perlu terus dihidupkan kembali sebagai terompet moral dan agen transformasi demi kehidupan yang lebih adil, damai, dan sejahtera. Sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Dr. Johanes Leimena, “Persatuan hanya mungkin tercapai bila kita bersama-sama membangun atas dasar kepercayaan, kasih, dan kesediaan untuk melayani.”

Oleh : Enos Tamu Ama

Anggota GMKI Cabang Waingapu.