Detikdata, Waingapu – Mantan Sekretaris Cabang Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Waingapu Masa Bhakti 2022-2024, Oktavianus Datu Biru, angkat bicara terkait peristiwa yang terjadi di Sekretariat Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Asal Lewa-Waingapu (IKPML-Waingapu). Ia mengecam keras tindakan oknum pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sumba Timur yang diduga masuk tanpa izin ke sekretariat mahasiswa saat seorang mahasiswi sedang berganti pakaian, serta melontarkan cap negatif “kumpul kebo” kepada para mahasiswa.
“Perilaku masuk ke sekretariat mahasiswa tanpa izin saat mahasiswi sedang dalam kondisi berganti pakaian adalah bentuk pelanggaran privasi dan etika publik. Lebih jauh, pelabelan ‘kumpul kebo’ terhadap mahasiswa adalah tindakan tidak beradab dan mencederai martabat generasi muda,” ujar Oktavianus dalam pernyataannya, Minggu (29/6/2025).
Ia menilai, tuduhan yang dilontarkan secara sembarangan tanpa dasar tersebut merupakan bentuk kekerasan simbolik yang tidak hanya mempermalukan individu, tetapi juga mencoreng nama baik organisasi kemahasiswaan dan mahasiswa sebagai kelompok intelektual muda.
“Mahasiswa bukan objek fitnah. Sekretariat bukan tempat liar yang bisa dihakimi secara bebas. Ini adalah ruang belajar, Gedung Sekolah Latihan dan perjuangan. Tuduhan seperti itu bisa merusak kepercayaan publik terhadap organisasi dan psikologis korban,” tambahnya.
Lebih lanjut, Oktavianus mendesak pihak Disnakertrans Kabupaten Sumba Timur untuk segera:
1. Melakukan klarifikasi terbuka atas peristiwa yang terjadi;
2. Menindak secara tegas oknum pegawai yang melanggar etika;
3. Menyampaikan permintaan maaf secara resmi kepada mahasiswa dan organisasi IKPML-Waingapu.
“Saya mendorong organisasi mahasiswa yang merasa dirugikan untuk menempuh jalur hukum atau menggunakan mekanisme pengaduan ke lembaga HAM dan Lembaga Perlindungan Perempuan dan Anak jika perlu, demi pemulihan nama baik dan martabat,” ungkapnya.
Ia juga mengajak seluruh pihak, khususnya para aparatur sipil negara (ASN), untuk menempatkan diri secara profesional dan menghormati ruang-ruang hidup mahasiswa.
“Sumba adalah tanah peradaban. Kita semua bertanggung jawab menjaga kehormatan anak-anak muda yang sedang berjuang menempuh pendidikan. Jangan biarkan pelecehan simbolik seperti ini terus terjadi di ruang publik,” tegas Oktavianus.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak Disnakertrans Kabupaten Sumba Timur terkait insiden tersebut.