Layanan Psikososial, Bantu Sembuhkan Trauma Anak-Anak Terdampak Bencana NTT

DETIKDATA, LARANTUKA – Bencana banjir bandang yang menimpa Kecamatan Wotan Ulumado, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menimbulkan trauma bahi anak – anak.

Hal ini diungkap dokter di Puskesmas Baniona, Kecamatan Wotan Ulumado, dr. Angela Rosalia Mete kepada detikdata.com. Sabtu (17/04/21).

“Anak-anak akan lebih sulit mengatasi gangguan psikologi ketika menghadapi masalah karena masih dalam masa pertumbuhan dan beradaptasi dengan lingkungan. Banjir bandang yang terjadi tentu menjadi gangguan dan penghambat untuk anak-anak dalam mengembangkan mekanisme kopingnya. Mekanisme koping sendiri adalah pembentukan pertahanan kejiawaan seseorang untuk menghadapi suatu masalah,” ungkap Angela.

Dokter Angela menambahkan, Posko kesehatan yang ia naungi telah menerima banyak pasien anak-anak yang mengalami gangguan psikologi.

“Orang tua yang datang sering mengeluhkan anaknya yang setelah banjir sering susah tidur, mengigau di malam hari, menangis tiba-tiba, dan tidak mau makan karena masih terngiang dengan banjir yang menimpa mereka. Terutama, anak-anak yang kehilangan keluarga dan ditemukan dalam kondisi meninggal dunia,” paparnya

Melihat kondisi tersebut, Palang Merah Indonesia (PMI) menyediakan pelayanan Psychosocial Support Prgramme (PSP) atau program dukungan psikososial untuk anak-anak di Dusun Kewuko, Desa Oyang Barang, Kecamatan Wotan Ulumado, bertujuan untuk memulihkan psikologi korban. Bentuk kegiatannya dengan menciptakan suasana riang gembira bersama-sama.

PMI juga bersinergi bersama Kementrian Sosial Republik Indonesia, Tim Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Kabupaten Flores Timur, Karang Taruna Gelekat Lewo, dan Pendaki Larantuka. Kegiatan yang juga merupakan pelayanan PSP PMI pertama ini dilaksanakan di sekitar posko lapangan Dusun Kewuko. Selain memberikan riang gembira, anak-anak juga mendapat bantuan seperti susu kotak, aneka jajanan, dan masker medis.

“Anak-anak sangat gembira saat kami melaksanakan pelayanan bersama beberapa stakeholder lainnya. Mereka mau diajak bermain dan tertawa bersama kami serta antusias mengikuti kegiatan. Bahkan ada yang sedih saat kami akan menyudahi kegiatan,” ujar Yunia salah satu petugas dari PMI. (DD/RLM)