Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beragam topografi. Daerah bagian barat digambarkan sebagai daerah makmur yang memiliki segalanya dalam pembangunan baik itu dari segi infra struktur maupun sumber daya manusia, sedangkan daerah timur dikenal dengan daerah yang memiliki berbagai keterbatasan dari segala aspek dan sector pengembangan nya. Hal ini juga sama halnya dengan dunia Pendidikan. Dunia pendidikan indonesia tidak sebatas di pulau jawa tetapi dunia pendidikan indonesia menjabar keseluruh pelosok nusantara, dimana berdasarkan topografi daerah mempengaruhi pengembangan pendidikan di daerah tersebut.
Dunia pendidikan dewasa ini mewajibkan untuk mengkolaborasikan kemampuan guru dan kebutuhan siswa yang dibedakan oleh zaman, dimana ada pendidik yang sudah mengajar sejak belum ada pengembangan teknologi, harus mengajar dengan menggunakan teknologi sesuai kebutuhan peserta didik zaman sekarang. Dua hal ini yang menjadi faktor pembeda antara guru dan peserta didik “alias guru tempo dulu dengan anak zaman naw atau milenial” karena itu guru di tuntut untuk berinovasi, kretif, dan berdaya saing sesuai perkembangan zaman yang semakin moderen.
Kondisi diatas mengambarkan bahwa pendidik zaman sekarang harus mampu mengembangkan kemampuan melebihi apa yang pernah di alami. Setiap pendidik harus keluar dari sona nyaman yang biasa dilakukan oleh setiap pendidik. Dimana pendidik wajib berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yang ada, dari sinilah terbentuk merdeka belajar sesuai apa yang menjadi landasan pedidikan sekarang ini. Pendidikan tidak lagi terikat terhadap aturan kongkrit dalam pengembangan, akan tetapi pendidikan menjadi bebas sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan baik oleh pendidik maupun peserta didik.
Inilah yang menjadi permasalahan di lingkungan sekolah penulis yaitu SMA Negeri Nunbena, dimana pendidik masi menganggap diri mereka sebagai satu-satunya sumber pembelajaran sehingga mereka lebih cenderung dalam memberikan pembelajaran secara dikte terhadap keilmuan yang mereka ajar, tampa melihat apa yang menjadi kebutuhan siswa dalam pengembangan pendidikan yang diinginkan. Apabila ditinjau lebih jauh, yang menjadi factor penyebabnya yaitu pendidik masih merasa nyaman dengan keadaan yang sering dilakukan oleh pendidik dalam memberikan pembelajaran. Pendidik tidak mau melihat kebutuhan siswa sebagai dasar pembelajaran, akan tetapi pendidik lebih mengutamakan kepentingan ketuntasan materi dalam menjawab tuntutan kurikulum pendidikan.
Berdasarkan pengamatan ini, penulis melihat system yang dilakukan oleh para pendidik di SMA Negeri Nunbena perlu di rubah dan direvisi baik system pembelajarannya maupun mainset dari setiap pendidik. Pendidik harus dibawah keluar dari sona kenyamanan yang selama ini pendidik gunakan. Model pendekatan yang penulis lakukan dalam merubah mainset pola pikir pendidik di SMA Negeri Nunbena yaitu melakukan studi lapangan dengan sekolah yang ada di sekitar SMA Negeri Nunbena, tetapi memiliki pengembangan pendidikan yang lebih modern. Ini dilakukan dengan tujuan agar menstimulus para pendidik untuk mampu merubah minset pola pikir yang selama ini di anggap benar tampa melihat kebutuhan dasar yang diperlukan oleh peserta didik sebagai objek dari pendidikan itu sendiri.
Pendekatan dengan metode studi lapangan, menjadi solusi yang kongkrit untuk bisa menciptakan pendidik yang lebih modern sesuai dengan kebutuhan lembaga pendidikan sebagai wadah penyalur keilmuan di suatu daerah. Inilah yang dinamakan bahwa pendidik harus mampu berjalan melintasi batas melewati negeri. Karena sebagai seorang pendidik harus mampu berbuat melewati apa yang pendidik miliki, semua ini dengan tujuan untuk merubah pendidikan yang biasa menjadi pendidikan yang luar biasa.
Siswa sebagai landasan dari inti pendidikan itu sendiri merupakan individu yang perlu dipoles dan di bentuk menjadi individu yang bermanfaat. Oleh sebab itu bagaimana mungkin inti pendidikan bisa bermanfaat bagi seluruh sector pemerintahan kalua pendidik sebagai pembentuk inspirasi dan keilmuan tidak memiliki sesuatu yang bisa di manfaat untuk di bagikan kepada peserta didik. Dari sinilah penulis mengambil sebuah keputusan untuk membuat sebuah perubahan baik itu system pendidikan maupun pola pembelajaran di SMA Negeri Nunbena, dengan tujuan agar lembaga pendidikan SMA Negeri Nunbena bisa menciptakan output-output yang bisa dipakai dan memiliki daya saing yang sama dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
Dalam pengembangan Pendidikan di SMA Negeri Nunbena penulis melakukan beberapa hal yaitu, pertama, penulis melakukan rapat Bersama dengan para pendidik dan menyampaikan kekurangan yang terjadi dilingkungan SMA Negeri Nunbena sebagai acuan permasalahan; Kedua, penulis melakukan kerja sama dengan sekolah terdekat yang memiliki system pembelajaran yang lebih modern dan sudah teruji kualitasnya sebagai sampel melakukan tinjauan lapangan; Ketiga, penulis mengajak seluruh pendidik untuk melakukan tinjauan lapangan di lembaga pendidikan yang menjadi acuan tinjauan lapangan; Keempat, penulis Bersama para pendidik melakukan tinjauan lapangan disekolah yang menjadi tujuan sampel yang di amati; Kelima, penulis bersama para pendidik melakukan kegiatan bersama yang sifatnya mengembangkan proses pembelajaran yang kreatif dan moderen dengan menjadikan beberapa pendidik dari sekolah sampel menjadi nara sumber.
Dari apa yang dilakukan maka ada perubahan yang mendasar dari pengembangan Pendidikan di SMA Negeri Nunbena. Ini disebabkan karena dengan kegiatan tinjauan lapangan yang dilakukan di sekolah sampel mampu merubah mindset pola pikir dari para pendidik. Yang tadinya mereka menganggap bahwa mengajar itu yang penting apa yang disampaikan itu ada dalam materi tampa melihat apakah peserta didik menyukai atau tidak. Akan tetapi denga apa yang sudah dilakukan bersama mampu merubah minset pola pikir para pendidik. Pendidik semakin tau apa yang harus dilakukan untuk bisa menarik minat dari peserta didik untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu pendidik juga mampu mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan media-media elektronik yang mampu menarik perhatian peserta didik dalam belajar.
Dari sini penulis dapat simpulkan bahwa, untuk merubah mainset dan karakter pembelajaran di sebuah Lembaga Pendidikan harus menggunakan sampel contoh untuk membuat perbandingan dalam merubah sebuah sebuah paradigma yang lama. Jadi untuk merubah paradigma sebuah konsep pendidikan yang sudah tidak digunakan maka harus rajin-rajinlah dalam melakukan perbandingan dengan lembaga lain yang lebih baik dan moderen.
* Penulis Kepala SMA Negeri Nunbena