Ma??
Izinkan aku yang tak berarti ini menanyakan kabarmu
Biarkan aku pengukir luka ini untuk mengintip hari-harimu
Hari-harimu yang penuh luka dan air mata perjuangan
Perjuangan yang bak meniti bukit beribu pisau
Pisau dari pertarunganmu menghidupi kami
Mama
Apa memang harus sesakit ini perjalanan hidupmu?
Apa memang harus sedalam ini pertempuranmu?
Atau apa memang harus begini perjuangan ibu sekaligus ayahku?
Lalu kenapa engku tak berlari mama?
Berlari pergi meninggalkan kami pencuri ketenanganmu
Mama.
Apa engkau sudah tau bahwa ketika ayah tiada engkau harus berjuang seperti ini?
Berjuang mengais rejeki diantara los-los pasar
Bertarung menghapus pelu diantara himpitan pedagang dan debu jalanan?
Bertaruh antara rejeki dan nasip hidup
Bertumpuh pada garis tangan dan tuntutan hidup
Mama
Sebenarnya seteguh apa hatimu?
Sekuat apa kesabaranmu?
Setebal apa rasa cintamu?
Sehingga engkau tetap bertarung walau bahu ayah tak lagi ada
Bertarung menghidupkan buah cinta dari dia yang meninggalkan mu
Meninggalkan mu karena takdir tak dapat dibeli
Mama
Ini akhir surat kecilku
Surat kecil tentang engkau sang sulu diujung jalan
Ujung jalan yang gelap penuh duri
Duri dari nestapa ibu sekaligus ayah bagi kami
Mama
Pintahku cuma satu
Tetap kuat dan memegang tangan kami
Karena bagi kami anak-anakmu
Senyuman bunda adalah kekuatan kami
Doa ayah restu kami