Selenggarakan Lomba Gawi, Kapolsek Wolowaru: Anak-anak Kita Harus Mencintai Budaya Lokal

Tim Sedang tampil (I-DD)

DETIKDATA, ENDE – Tari Gawi adalah tari tradisional yang berasal dari Suku Lio Kabupaten Ende. Tari ini merupakan salah satu kesenian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Suku Lio. Tarian gawi ada sejak zaman para leluhur dulu. Serta diwariskan secara turun-temurun kepada generasi penerusnya.

Gawi berasal dari dua kata dalam bahasa Lio yaitu ‘ga’ yang berarti segan, dan ‘wi’ yang berarti menarik. Tarian ini merupakan kekayaan budaya peninggalan leluhur suku Ende Lio yang masih lestari hingga sekarang.

Tim Sedang Tampil (I-DD)

Kali ini dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 79, Kepolisian Sektor (Polsek) Wolowaru melaksanakan lomba tarian adat Gawi Tingkat Sekolah Dasar se-Kecamatan Wolowaru bertempat di Lapangan Wolowaru, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende, NTT. Selasa (13/08/24)

Lomba tersebut melibatkan 13 tim diantaranya, MIS Wolonawa, SDN Wolowaru 5, SDK Wololele B, SDK Wolowaru 1, SDK Wolowaru 2, SDI Jopu 5, SDI Wolooja 1, SDI Nuatu, SDN Moletebosama, SDI Mbulilo’o, SDN Wolowaru 3, SDI Jopu 4 dan SDN Wolohepo.

Sebagai penyelenggara kegiatan, Kapolsek Wolowaru, IPDA Ubaldus Maku.,S.Sos yang ditemui detikdata.com disela-sela kegiatan menyampaikan bahwa kegiatan ini sebagai sarana persaudaraan dan kebersamaan.

Salah satu peserta sedang menari (I-DD)

“Tarian Gawi merupakan tarian untuk menggalang persatuan dan kesatuan antar sesama dengan saling menghormati. Tarian Gawi ini membentuk lingkaran dengan saling bergandengan tangan. Gawi merupakan sarana pemersatuan dan persaudaraan. Dalam tarian gawi kita dipersatukan dari keberagaman kita,” ungkapnya.

Lebih lanjut ditanya terkait alasan pemilihan tarian gawi untuk dilombakan, Ubaldus menjelaskan bahwa tarian gawi merupakan tarian yang penuh dengan filosofi.

“Tarian gawi adalah ekspresi sukacita, dahulu leluhur kita menyajikannya pasca kemenangan perang. Perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 79 merupakan momentum yang tepat untuk pertunjukan tarian gawi yang adalah ekspresi kemenangan perang dan kemerdekaan bangsa Indonesia,” jelasnya.

Kapolres Wolowaru, IPDA Ubaldus Maku.,S.Sos paling kanan (I-DD)

Terkait level perlombaan yang diselenggarakan di tingkat SD, Ubaldus menjelaskan bahwa hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kecintaan akan budaya warisan leluhur kabupaten Ende sejak dini.

“Hari ini anak-anak kita lebih tertarik dengan musik-musik maupun tarian dari luar, seperti budaya ‘gacor’ yang hari ini populer dikalangan anak muda. Kita ingin anak-anak kita dibiasakan sejak dini mengenal dan bisa menunjukkan tarian gawi yang adalah bagian penting dari tradisi orang Ende Lio. Selain itu, dalam implementasi Kurikulum Merdeka ada ruang-ruang yang memang dikhususkan untuk kewenangan daerah memuat muatan lokal berdasarkan karakteristik dan kearifan lokal di daerahnya, dalam hal ini kita laksanakan perlombaan tarian budaya daerah Ende yaitu gawi sebagai pembelajaran tentang budaya lokal. Salah satu karakter dalam profil pelajar Pancasila, yaitu berkebinekaan global, di mana perlombaan tarian gawi ini bisa mengangkat keberagaman daerah dengan budaya dan kekhasnya. Mari menjadikan budaya dan kearifan lokal sebagai jati diri kita. Sejak usia dini, anak-anak kita harus mengenal dan mencintai warisan budaya kita,” ajaknya.

Tim Sedang Tampil (I-DD)

Selanjutnya tim-tim yang tampil dinilai oleh ketiga juri berpengalaman diantaranya, Albertus Bale, Gerradus Lando dan Adrianus Takari.


Hasil dari perlombaan ini diantaranya, juara pertama dengan 1340 poin diraih SD Inpres Wolowaru 5, juara kedua dengan 1322 poin diraih oleh SDK Wolowaru 1, juara ketiga dengan 1314 poin diraih oleh SD Inpres Moletebosama, juara keempat dengan poin 1232 diraih oleh SD Inpres Wolowaru 3, juara kelima dengan 1224 poin diraih oleh SD Inpres Wolooja 1, juara keenam dengan mengoleksi 1206 poin diraih oleh SDK Jopu 5. Bagi peserta yang belum berada pada daftar juara tetap akan diberikan penghargaan oleh Kapolsek Wolowaru sebagai bentuk apresiasi. (DD/Yos Wangge)