RI Hanya Pasok 0,4 Persen Kebutuhan Produk Organik Dunia

DETIKDATA, JAKARTA – Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan saat ini Indonesia hanya memasok sekitar 0,4 persen dari total kebutuhan produk organik dunia.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Dirjen PEN) Kemendag, Kasan, mengatakan kinerja ekspor produk organik Indonesia masih berpotensi untuk ditingkatkan karena pasarnya masih terbuka lebar.

Bahkan produk organik diprediksi bisa menjadi penopang ekonomi nasional bila produksi dan pemasarannya dikembangkan dengan tepat.

“Dengan jumlah produsen produk organik sebanyak 17.948 pelaku usaha dan dengan total lahan seluas 208 ribu hektar (Ha), produk organik Indonesia seharusnya dapat menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekspor nasional,” ujar Dirjen PEN dalam keterangan resmi yang diterima detikdata.com terkait kolaborasi antara Kemendag dengan Aliansi Organis Indonesia (AOI) dan Yayasan Bina Swadaya untuk mengembangkan pangsa ekspor produk organik nasional pada Jumat (30/4/2021).

Lebih lanjut Dirjen PEN menjelaskan data Euromonitor menujukkan ada beberapa negara yang memiliki pangsa pasar produk organik cukup besar, seperti Tiongkok (US$ 3,6 milliar atau sekitar Rp51,9 triliun), Amerika Serikat (US$18,5 milliar atau sekitar Rp288,6 triliun), India (US$63,4 juta atau sekitar Rp914 miliar), dan Jerman (US$4,6 miliar atau sekitar Rp66,3 triliun).

Pertumbuhan nilai investasi komoditas organik di dunia juga diperkirakan akan terus meningkat hingga US$ 327,60 juta (sekitar Rp4,7 triliun) pada 2022 dari sebelumnya US$115,98 juta (sekitar Rp1,6 triliun) pada 2015, atau akan mengalami peningkatan compound annual growth rate sebesar 16,4 persen.

“Tren pertumbuhan produk organik ini turut didukung oleh pameran–pameran khusus produk organik di seluruh dunia,” imbuh Dirjen PEN.

Menurut Dirjen PEN, agar bisa mengembangkan potensinya, produk organik Indonesia harus didukung strategi produksi dan pemasaran yang tepat, seperti dengan bekerjasama dengan kerjasama antara pemerintaj, melalui Kemendag, dengan AOI dan Yayasan Bisa Swadaya.

Kerjasama ini diharapkan bisa mencapai tiga tujuan, yakni menciptakan eksportir handal produk pertanian organik, meningkatkan nilai tambah bagi para petani, dan menciptakan pemahaman bahwa volume ekspor tidak selalu harus dilakukan dalam jumlah besar. (DD/WS)