Mensos Imbau Pemda Perhatikan Prediksi Potensi Bencana BMKG

DETIKDATA, JAKARTA – Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengimbau pemerintah daerah (Pemda) lebih memperhatikan prediksi potensi bencana lanjutan yang telah dipetakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pascagempa di Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur.

“Berkali-kali kepala BMKG menyampaikan, ramalan ini bukan sekadar ramalan, tapi itu hasil analisa dan penelitian dari para ahli tentang kebencanaan, karena itu alangkah bijaksana kita bisa mengantisipasi agar tidak terjadi korban yang lebih banyak. Sosialisasi pun harus terus-menerus dilakukan,” kata Mensos dalam keterangan tertulisnya, saat Rapat Koordinasi Peningkatan Kesiapsiagaan Mengantisipasi Potensi Bencana di Kabupaten Pacitan, secara daring di Jakarta, Selasa (27/7/2021).

Mensos mengharapkan jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pacitan mengantisipasi prediksi potensi ancaman tsunami di pantai selatan Jawa.

Selain itu, Mensos menyampaikan tiga pesan untuk siaga menghadapi potensi tsunami, pertama, sistem peringatan dini, yakni dengan pengawasan pantai melalui alarm yang akan mengingatkan warga di pantai apabila ada indikasi terjadi bahaya gempa dan tsunami.

Kedua, menyiapkan upaya penyelamatan diri. Hal ini terkait dengan sarana prasarana dan aksesibilitas masyarakat untuk menyelamatkan diri secepatnya ketika terjadi bencana.

Rambu-rambu petunjuk evakuasi, kata Mensos, masih kurang sehingga perlu diperbanyak dan disediakan di tempat-tempat yang memang biasa dikunjungi orang.

Selain itu, katanya, jalur evakuasi harus diperbanyak serta jembatan menuju Tempat Evakuasi Sementara (TES) yang terputus harus diperbaiki.

“Untuk teman-teman Tagana (Taruna Siaga Bencana), saya minta untuk bantu pemetaan evakuasi, hambatannya apa, serta aksesnya seperti apa,” katanya.

Ketiga, menggunakan kearifan lokal.

Mensos mengatakan kearifan lokal yang sudah ada dapat digunakan karena telah teruji sejak lama.

Ia mencontohkan tsunami di Aceh, yang salah satu dampaknya dirasakan di Kabupaten Simeulue. Dengan kearifan lokal, hasilnya minim korban berjatuhan.

“Di sana waktu saya lihat korban yang jatuh tidak banyak, ternyata ada kearifan lokal seperti bangunan-bangunan rumah yang berupa kayu gitu semacam tahan gempa. Masyarakat juga bisa membedakan gempa yang berpotensi tsunami dan mereka segera lari ke atas bukit, hal-hal seperti itu yang bisa kita gali,” kata Mensos.

Terkait dengan pembangunan selter atau tempat pengungsian sementara akan didiskusikan dengan pihak terkait, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Sedangkan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, mengatakan menurut hasil penelitian, Kabupaten Pacitan salah satu kawasan di garis pantai selatan Pulau Jawa yang berpotensi gempa dan tsunami.

“Diperkirakan potensi tsunami dapat terjadi dengan ketinggian gelombang hingga 18 meter dengan waktu tiba sekitar 26 menit setelah terjadi gempa bumi,” katanya.

Sebelumnya, gempa bumi terjadi di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.

Gempa bermagnitudo 5,2 itu terjadi pada Selasa (27/7/2021) pukul 23.21 Waktu Indonesia Barat (WIB). (DD/EB)