SASTRA  

Kesunyian Perjuangan Dalam Pengabdian (Karya : Thofil Sanam)

Pada suatu hari Bae harus menjalankan suatu pengabdian. Bae adalah seorang pemuda dengan latar belakang tanpa pengalaman. Keseharian Bae yang bermodal napas dan pengharapan yang tinggi, namun tak lelah menangkis tantangan.

Hari itu cuaca yang cerah, hadirlah Bae ditempat mereka akan di antar untuk melakukan pengabdian, bertemulah Ia dengan tiga orang yang akan menjadi teman, sahabat, rekan atau lebih dari padanya yaitu keluarga baru ditempat akan melaksanakan pengabdian. Ketiga rekan dengan gagah berani dan yang kesehariannya tidak jauh berbeda dengan Bae, itu merupakan Ama, Bete dan Hoar.

Seperti biasanya untuk melakukan sesuatu hal, maka Pada saat akan diantar ada sepatah dua kata oleh pendamping pengantar, Orang itu atas nama Kase. Dari segi pemgalaman Kase merupakan orang yang berpengalaman dan telah melewati banyak pengabdian seperti yang akan kami jalankan bahkan lebih dari pada itu. Ketika Seusai pembekalan dari Kase, maka tanpa persiapan apa pun kami harus menuju lokasi untuk bertemu dan melaporkan diri pada tempat yang akan kami tujuh untuk melakukan pengabdian. Secara Singkatnya, kami harus berangkat dan dalam perjalan yang lumayan jauh serta menjadi asing karena tempat baru, Bae bersama ketiga rekan harus menumpang dengan angkutan pedesaan, karena tidak ada satu pun dari kami berempat yang memiliki kendaraan pribadi.

Diwaktu dalam perjalanan kami dipaksakan untuk senantiasa menikmati perjalanan yang dihiasi pemandangan indah dan cantik sepanjang melewati perkampungan. Dari situlah kami dipaksakan untuk menyesuaikan diri dan tidak ada manja-manja diantara kami. Perjalanan Sekira satu jam lamanya, tibalah di tempat tujuan yaitu “Sonaf”. Tempat bernama Sonaf ini merupakan tempat yang menjadi tujuan atau sasaran dalam pengabdian kami.

Setiba disana Kase yang sudah menunggu karena Ia memiliki kendaraan pribadi. Tanpa basa-basi lagi, menyeret kami harus masuklah ke sonaf untuk melaporkan diri dan saling kenal satu sama lain dengan penghuninya. Ditempat pengabdian kami, sang kepala dari sonaf langsung mengarahkan untuk mencari kontrakan karena dalam pengabdian itu kedisiplinan perlu, terlebih waktu. Hal demikian menjadi tantangan awal dalam pengabdian karena kehidupan kami berempat yang serba manja, tanpa pengalaman harus beradaptasi pada zona kehidupan yang baru.

Setelah melakukan teknis lapangan kami bergegas mencari kontrakan yang tepat didepan lokasi pengabdian, maka bertemulah dengan pemilik kontrakan. Basi-basi yang panjang dengan pemilik kontrakan, secara santun kami pamit untuk kembali ke kediaman masing-masing supaya mempersiapkan beberapa barang keperluan di lapangan dan diwaktu itu Kase yang sudah kembali lebih dulu hanya bisa berkomunikasi dari via WA.

Ketika Pada waktu magrib, kami kembali ke kontrakan untuk menunggu keesokan hari dan memulai pengabdian, sungguh ini sangatlah melelahkan, namun bukanlah alasan. Saat ini yang terberat bagi kami hanyalah bagaimana memperoleh pengalaman dan itu motivasi dan amunisi melawan lelah.

Setiba dikontrakan, kami saling mengenal satu sama lain dan melawan suasana baru itu dengan humor dan sejenak gelisah dengan tanggung jawab yang harus dijalan kan. Ini awal mencari pengalaman serta menghadapi sulitnya suasana kehidupan baru yang masih misterius. Disitu kita diuji untuk menjadi mandiri. Akan tetapi sejenak terjadi pergulatan dalam diri untuk tetap menjaga keseimbangan emosional yang belum stabil dari kami sang pejuang.

Menjalani malam yang panjang menjadi arena refleksi dan padang safana meluapkan gelisah dan perjuangan. Setiap kami termenung dan redup mencari cahaya melawan gelapnya malam dari teka-teki suasana lembaran hidup baru. Dari perjuangan ini, kita hanya saling mengutkan dengan kata dan syafaat demi memulai teka-teki kehidupan. Semoga ini akan menjadi awal yang baik dalam membingkai pengalaman, kami mendoakan kita semua yang masih dalam fase perjuangan membingkai pengalaman. Kami percaya bahwa kita adalah orang orang yang hebat, kita akan menjadi manusia baru yang tidak lelah membingkai pengalaman.

Salam hangat dari kami semoga kita dalam naungan Tuhan Yang Maha Esa dan tetap berhikmat dan menjadi manusia manusia bijaksana…. Bersambung