DETIKDATA, JAKARTA – Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan Program Guru Belajar dan Berbagi Seri Pengelolaan Pembelajaran (SPP) di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif (SPPI). Hal ini sebagai wujud komitmen pemerintah dalam mengupayakan pendidikan yang layak kepada seluruh peserta didik Indonesia tanpa terkecuali.
Program SPP SPPI bertujuan mencetak sosok pendidik yang inspiratif dan dapat menjadi teladan bagi peserta didik. Hingga saat ini, sudah ada 9000 orang guru yang mendaftar ikut dalam bimbingan pengelolaan pembelajaran di SPPI. “Dengan adanya program ini maka para guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dapat memperoleh penguatan pemahaman mengenai pengelolaan pembelajaran yang efektif, mewujudkan pendidikan yang inklusif, merdeka belajar bagi peserta didik terutama yang berkebutuhan khusus,” ujar Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Iwan Syahril, seperti dikutip dalam rilis Kemendikbudristek di Jakarta, Minggu (12/9/2021).
Dalam peluncuran program SPP SPPI yang diselenggarakan secara virtual, Jumat (10/9), Dirjen GTK pun menyampaikan rasa bangganya kepada guru-guru yang telah memberikan pelayanan terbaik kepada peserta didik termasuk peserta didik berkebutuhan khusus. “Setiap anak didik layak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dalam mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkarakter,” tuturnya.
Oleh karena itu, ia menghadirkan pendidikan inklusif di setiap sekolah yang ada di Indonesia. “Dalam mewujudkan pendidikan inklusif untuk semua, kita perlu menguatkan kolaborasi, terus menguatkan untuk belajar, berbagi, dan bergerak bersama,” lanjutnya. Pelaksanaan program guru belajar dan berbagi ini kata dia, merupakan salah satu upaya dalam membantu guru dan tenaga pendidikan mengelola pembelajaran dalam lingkungan pendidikan inklusif.
Sebelumnya, Ditjen GTK telah meluncurkan program Guru Belajar dan Berbagi sebagai sebuah inovasi untuk memfasilitasi guru dan tenaga pendidikan dalam menjawab segala tantangan pembelajaran yang dihadapi terutama di masa pandemi COVID-19.
Ayo Guru Belajar dan Ayo Guru Berbagi merupakan gerakan gotong royong antara pemerintah, komunitas, penggerak pendidikan agar guru, kepala sekolah, pengawas sekolah di mana satu sama lain dapat saling berbagi ide, inspirasi, praktek baik, serta mengikuti berbagai pelatihan secara daring melalui laman: gurubelajardanberbagi.kemdikbud.go.id.
Tercatat, sebanyak lebih dari satu juta guru telah mengikuti berbagai seri pelatihan, seperti Seri Pandemi COVID-19, Seri Pendidikan Keterampilan Hidup, Seri Asesmen Kompetensi Minimum, Seri Pendidikan Inklusif, Seri Pendidikan Anak Usia Dini, Seri Semangat Guru Kemampuan Nonteknis atau Soft Skills dalam Adaptasi Teknologi, Seri Belajar Mandiri Calon Guru ASN P3K, dan Seri Panduan Pembelajaran Tahun Ajaran 2021-2022.
Pada kesempatan yang sama, Konselor Pengembangan Manusia Duta Besar Australia, Daniel Woods mengucapkan selamat kepada setiap orang yang terlibat dalam program ini, terutama Ditjen GTK. “Harapannya, para guru dan tenaga pendidik di Indonesia ini dapat menggunakan modul yang telah dibuat dan mengimplementasikannya di ruang kelas masing-masing,” ucapnya.
Terdapat lima konten dalam materi atau konten yang disajikan dalam Guru Belajar dan Berbagi. Pertama, berkaitan dengan design universal untuk pembelajaran atau Universal Design Learning (UDL). Kedua, materi tentang penyiapan proses belajar bagi para penyandang disabilitas yang ada di sekolah. Ketiga, guru-guru juga akan belajar berkaitan dengan bagaimana mengidentifikasi, bagaimana melakukan asesmen bagi para peserta didik disabilitas. Keempat, guru akan mengetahui bagaimana merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan melakukan evaluasinya. Kelima, guru akan didorong lebih memahami potensi peserta didik dengan cara mengetahui profil belajar siswanya.
Selanjutnya, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, Suratno dengan gembira menyambut peluncuran progam ini. Menurutnya, program ini dapat menjawab kedahagaan terutama guru dan tenaga kependidikan serta pengelola sekolah yang melaksanakan pendidikan inklusif.
Selain itu kata Suratno, Seri Pengelolaan Pembelajaran di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif merupakan wadah kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuan manajerial bagi pengawas sebagai satu kesatuan utuh dalam ekosistem pendidikan. Dalam pelatihan ini mencakup indikator pengawasan terhadap penyelenggara pendidikan inklusif untuk sekolah.
“Terlebih bagi guru, kegiatan ini bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam melayani peserta didik, kami akan terus memberikan semangat dengan harapan layanan makin bermutu dan memuaskan masyarakat,” ucapnya optimistis. (DD/GS)