DETIKDATA, JAKARTA – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) telah berkomitmen untuk mendukung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam upaya gotong-royong menangani pandemi COVID-19 di Indonesia.
Khususnya dalam hal penyediaan layanan kesehatan dan sumber daya manusia (SDM) pendukung penanganan COVID-19 di Indonesia.
Kemendikbudristek memfasilitasi lebih dari 25 Fakultas Kedokteran (FK) dan Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (RSPTN) untuk menjadi RS rujukan dan laboratorium uji COVID-19. Fasilitasi ini dilakukan melalui hibah lebih dari 20 paket pengadaan alat pelindung diri (APD), alat tes polymerase chain reaction (PCR), alat deteksi COVID-19 lainnya kepada FK dan RSPTN.
Selain itu, Ditjen Dikti mendukung pengembangan dan inovasi produk untuk penanganan dan pengendalian COVID-19. “Kemendikbudristek juga menggerakkan dosen dan mahasiswa sebagai relawan untuk membantu penanganan penyebaran COVID-19 sedari awal pandemi,” jelas Direktur Jenderal (Dirjen) Dikti Nizam, melalui keterangan tertulisnya Minggu (18/7/201).
Dirjen Dikti mengatakan, keterlibatan para relawan adalah bagian dari upaya gotong royong dan gerakan masyarakat secara sukarela untuk mencegah penyebaran COVID-19. “Para relawan tidak serta merta langsung menangani pasien, melainkan akan membantu program-program komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada masyarakat, dan menyiapkan diri sebagai tenaga bantuan dalam kondisi darurat sesuai kompetensi dan kewenangannya,” jelasnya.
“Semangat kerelawananan, altruisme, dan nasionalisme menjadi nilai dasar dalam implementasi program relawan yang merupakan bagian dari transformasi kebijakan Merdeka Belajar, Kampus Merdeka,” terang Nizam.
Sejak Maret 2020, pelibatan lebih dari 10.000 mahasiswa kesehatan dalam penanganan COVID-19 di tingkat nasional telah digerakkan melalui Program Relawan COVID-19 Nasional (RECON) yang merupakan kerja sama Ditjen Dikti, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Indonesia (ISMKI), dan Asosisasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI). Kerja sama ini memberikan tele-KIE dan pendampingan kepada masyarakat yang didampingi para dosen/case manager.
Khususnya untuk mahasiswa kedokteran, lebih dari 2.000 mahasiswa co-as telah mengabdi melalui RECON. Lebih dari 10.000 Mahasiswa kedokteran dan kesehatan juga terlibat aktif dalam program nasional Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) COVID-19 yang diselenggarakan oleh Ditjen Dikti bekerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), BNPB, dan ISMKI.
Selain itu, para mahasiswa kedokteran dan kesehatan juga melakukan gerakan edukasi perubahan perilaku bagi masyarakat, yang disinergikan dengan program kampus siaga dan kampung siaga di tiap wilayah.
Selanjutnya sejak Maret 2021, gerakan RECON dilanjutkan menjadi “Kampus Lacak COVID-19” di mana lebih dari 1.000 mahasiswa kedokteran dan mahasiswa kesehatan berperan sebagai contact tracer COVID-19 untuk membantu fasilitas layanan kesehatan di wilayah, sesuai dengan prosedur dari Kemenkes.
Terkait program pelibatan tersebut, Dirjen Dikti menjelaskan, pelibatan mahasiswa kesehatan saat ini juga difokuskan untuk mendukung pelaksanaan vaksinasi di setiap wilayah, sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Dalam menggerakkan relawan mahasiswa, Kemendikbudristek menjamin kesehatan dan keselamatan dari para relawan, serta memberikan pengakuan kredit untuk proses pembelajarannya.
Dirjen Pendidikan Tinggi Juga mengatakan, bahwa Kemendikbudristek sangat berhati-hati dalam menggerakkan mahasiswa. “Sangat tidak bertanggung jawab menerjunkan seorang yang belum kompeten untuk menangani pasien, selain melanggar Undang-Undang, juga membahayakan diri dan masyarakat atau pasien,” jelasnya.
Izin dari orang tua juga menjadi pertimbangan Kemendikbudristek untuk menggerakkan relawan mahasiswa dalam membantu penanganan COVID-19. (DD/GS)