Indonesia Punya Posisi Tawar yang Kuat soal Potensi Nikel

DETIKDATA, JAKARTA – Dengan jumlah produksi sebanyak 21 juta ton setahun, Indonesia telah menjadi salah satu produsen nikel terbesar di dunia dalam bentuk Nickel Pig Iron (NPI). Pemerintah Indonesia kini telah mendorong investasi pada hilirisasi produk turunan Nikel untuk memproduksi baterai listrik.

“Dengan ini potensi Nikel yang besar Indonesia punya bargaining position yang kuat,” kata Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan saat memberikan ceramah dalam Pembekalan Kunjungan Lapangan Isu Strategis Nasional Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) ke-61 di Jakarta, Kamis (17/6/2021).

Ia mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki hak untuk berkembang dan bekerja sama yang saling menguntungkan.

“Kita juga ngga boleh baik-baik amat. Kita harus mainkan peran kita,” katanya.

Luhut menyebutkan bahwa pada tahun 2025, Indonesia diproyeksikan memasok 50 persen pasokan dunia, dibandingkan dengan 28 persen pada tahun 2020.

“Produksi nikel Indonesia akan meningkat dengan adanya smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang akan mulai beroperasi pada 2021 yang akan menghasilkan Mix Hydroxide Precipitate (MHP),” ujar Luhut dengan nada optimis.

Peningkatan produksi bahan baku baterai lithium tersebut merupakan salah satu dari materi yang disampaikannya kepada para peserta pembekalan Lemhanas. Topik lain yang juga dijelaskan Luhut antara lain soal implementasi Undang-Undang Omnibus Cipta Kerja, penanganan Covid 19, dan peningkatan investasi.

Khusus tentang penanganan Covid 19 dan penguatan investasi, Luhut menegaskan bahwa pemerintah berupaya untuk menangani dengan seimbang.

“Tapi penanganan Covid dan investasi is just like two sides of the coin, artinya kedua-duanya sama-sama penting. Jadi strategi pemerintah agar ekonomi tetap berjalan adalah dengan mempercepat proses vaksinasi,” kata dia.

Membahas soal investasi, Luhut menyampaikan bahwa pemerintah saat ini fokus pada lima hal, yakni hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA), pengembangan baterai lithium, sektor kesehatan, infrastruktur konektifitas maritim dan penurunan emisi karbon.

Selain Nikel, Luhut menyebutkan soal investasi hilirisasi bauksit dan beberapa kawasan industri yang mengembangkan produk turunan nikel dan bauksit.

Ketujuh kawasan tersebut antara lain kawasan Galang Batang dengan nilai total investasi sebesar USD 2,5 miliar (target operasi tahun 2021), kawasan industri Morowali Utara dengan nilai total investasi sebesar USD 4.19 miliar (target operasi pada kuartal keempat tahun 2021), dan kawasan industri Tanah Kuning dengan nilai total investasi yang akan dikucurkan secara bertahap sebesar USD 60 miliar (target operasi tahun 2022).

Selain kawasan-kawasan itu, Menko Luhut juga menyebutkan nilai investasi di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dan Indonesia Weda Bay Industrial Park yang masing-masing sebesar USD 10 miliar.

Dengan membangun kawasan industri yang terintegrasi, menurutnya ongkos produksi menjadi semakin muran.

“In the end, cost kita jadi sangat murah, otomatis harga jual nikel olahan kita jadi bersaing sehingga China menerapkan kebijakan dumping ke Indonesia,” tuturnya.

Hal baru yang juga disampaikan oleh Menko Luhut kepada peserta kegiatan pembekalan Lemhanas adalah tindak lanjut dari pembicaraan via Zoom antara dirinya dengan Menteri Investasi Arab Saudi Khalid Al-Falih pada Hari Rabu (16/6/2021).

“Tanggal 24 (Juni) kami janjian akan zoom call dan fokus mendiskusikan mengenai investasi pada Sovreign Wealth Fund, pembangunan ibukota baru, fokus penanaman 11 juta pohon di Aran Saudi, penanganan perubahan iklim dan investasi di sektor energi terbarukan,” katanya.

Luhut berpesan agar para peserta pembekalan yang terdiri dari 70-an orang tersebut dapat belajar dari pengalaman pemerintah.

“Dalam proses pengambilan keputusan di satuanmu jangan hanya lihat satu sisi saja, tapi harus mempertimbangkan dari berbagai angle (sudut), semua harus diselesaikan secara terintegrasi,” ucapnya.

Selain itu, sebagai pimpinan, Menko Luhut juga mengatakan agar selalu mengecek implementasi kebijakan atau keputusan yang telah diambil dengan cara membentuk gugus tugas.

“Bikin task force (gugus tugas) untuk lihat ke bawah dengan time table yang jelas sehingga progres dapat dimonitor,” ujarnya.

Kegiatan Pembekalan Studi lapangan mengenai industri Strategis Nasional Lemhanas ke-61 ini juga dihadiri oleh Wagub Lemhanas RI Wieko Syofyan, dan Deputi Bidang Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional Lemhanas. (DD/B)