Desa antah berantah merupakan sebuah desa yang sangatlah indah, karena terletak diantara dua lereng bukit yang subur. Ada dua sumber air yang mengalir dari kedua bukit tersebut sehingga memudahkan penduduknya untuk mengolah tanah tempat mereka berdiam dengan berbagai tanaman. Kehidupan penduduk di desa ini tergolong makmur karena hasil bumi yang sangat menyokong kehidupan mereka.
Namun, siapa sangka bahwa semua kesenangan itu akhir-akhir ini mulai terusik dengan hal-hal mistis yang membuat orang enggan meninggalkan rumah jika hari mulai senja. Bahkan tidak ada lagi petani yang berani menjual hasil buminya secara langsung ke pasar yang letaknya cukup jauh dari desa, karena pasar tersebut berada di kota dan jika ke pasar harus dilakukan dengan dini hari.
Para tengkulak memanfaatkan situasi ini dan mulai memunculkan batang hidungnya dengan membeli hasil bumi penduduk dengan harga yang sangat rendah karena harganya turun dua kali lipat dari sebelumnya. Kehidupan orang-orang desa memang selalu dipenuhi dengan berbagai drama yang diciptakan oleh pihak-pihak yang memiliki motivasi tertentu dan ingin menguasai tanah atau kepunyaan orang lain dengan cara yang salah.
Noly, seorang gadis periang dari desa ini pun merasakan ketakutan yang sama karena ia sementara melanjutkan studi di jenjang SMA dan biasanya untuk berangkat ke sekolah pun harus dilakukan dengan berjalan kaki dan jaraknya cukup jauh dari desa. Namun, sudah seminggu ini Noly dan teman-temannya harus rela mengeluarkan biaya yang tak sedikit hanya untuk menyewa jasa ojek karena tidak berani lagi melakukan perjalanan ke sekolah dengan dini hari, apalagi harus berjalan kaki.
“Kusa, saya merasa prihatin dengan apa yang menimpa desa kita akhir-akhir ini.” Ujar Noly membuka percakapan saat istirahat sedang berlangsung.
“Maksudmu?” Kusa sedikit bingung karena laki-laki itu sedang memperhatikan seorang gadis cantik yang merupakan bunga SMA di sekolah mereka yang baru saja lewat.
“Makanya jangan hanya badan yang ada di sini tetapi mata dan pikiran ada di anak gadis orang.” Balas Noly sambil mencubit sahabat baiknya itu dengan sekuat tenaga. Kusa sampai harus meringis kesakitan karena ulah Noly
“Eh iya, sorry! Saya ingat sekarang. Maksudmu cerita munculnya hantu yang menjadi teror di desa kita akhir-akhir ini?” Balik bertanya seperti orang linglung karena jiwanya baru saja utuh. Kebetulan juga gadis itu telah hilang dari pandangan.
“Lalu, kau pikir cerita romance apa yang saya maksudkan?” Kali ini Noly membalas dengan sedikit sewot sambil menyilangkan kedua tangan di dada.
“Iya maaf! Apa yang kau rencanakan?” Tanya Kusa dengan mode serius.
“Kejadian ini di luar nalar dan saya belum memiliki ide apapun.” Gadis itu menopang dagu dengan tatapan mata kosong seolah tengah berpikir keras
“Baiklah! Kalau kau sudah memiliki rencana jangan lupa sampaikan pada saya, sahabat terbaikmu yang tampan ini!”. Ujar Kusa sambil mengacak rambut keriting Noly kemudian berlari meninggalkan gadis itu karena lonceng masuk telah berbunyi, dan sebenarnya ia juga sedang menghindari cubitan Noly yang sering membuatnya kesakitan. Walau demikian, Kusa sangat menyayangi Noly seperti adiknya sendiri. Lagi pula, rumah mereka bersebelahan bersebelahan, dan mereka sudah akrab sejak kecil. Kemana pun pergi, keduanya selalu bersama.
Intinya siang itu tidak ada jalan keluar yang mereka dapatkan dari percakapan singkat di kantin sekolah. Mereka meninggalkan sekolah dengan beban pikiran masing-masing karena kondisi yang sangat menghantui mereka akhir-akhir ini.
Beberapa hari kemudian tepatnya hari sabtu saat dini hari, Noly yang tidak bisa memejamkan mata segera beranjak dari tempat tidur dan berjalan keluar ke teras rumah dengan berjinjit karena takut membangunkan ayah dan ibunya. Gadis itu melirik jam tua yang tergantung dengan kokohnya di dinding melalui celah pintu dan ia sendiri terperanjat karena ternyata baru pukul 02.00 pagi.
Hampir satu jam gadis itu duduk di teras rumah, dan ketika merasakan angin sepoi yang bertiup dengan lembut, matanya seolah ingin dimanja. Ia berniat untuk kembali tidur. Namun, saat akan beranjak, matanya menangkap sekelebat bayangan yang melintas di depan rumahnya. Walaupun dalam pencahayaan lampu jalan yang sedikit suram, mata Noly merasa aneh dengan makhluk itu karena sekujur tubuhnya dipenuhi dengan bulu yang lebat layaknya seekor beruang.
Jantung Noly hampir saja copot saat makhluk itu berhenti dan mendengus di depan rumah mereka. Mungkin karena rumah mereka merupakan rumah paling ujung dan hantu itu seolah ingin memastikan jika tidak ada seorang penduduk pun yang berjaga di situ. Untung saja Noly sudah mematikan lampu depan sejak ia keluar tadi. Dan lagi tubuh mungilnya terhalang oleh bunga yang tumbuh subur di depannya. Jika tidak, ia mungkin sudah ditelan hidup-hidup oleh makhluk itu.
Rasa kaget Noly belum hilang saat sebuah tangan membekap mulutnya, sementara tangan yang satu merangkul tubuh Noly. Saat itu yang ada dalam pikirannya adalah ia telah ditangkap hidup-hidup oleh kelompok hantu tersebut. Gadis itu memejamkan mata dan pasrah dengan apa yang sudah terjadi pada dirinya.
Mungkin ini sudah menjadi jalan dan nasib saya karena hidup saya harus berakhir di tangan hantu. Tapi kata-kata orang-orang, hantu itu tidak memiliki daging dan tulang. Noly
Saat sedang asyik bermonolog itulah tangan yang membekap mulutnya mulai melonggar dan gadis itu bisa menarik napas serta membuangnya dengan kasar. Namun, di detik berikutnya, rasanya tangannya telah terangkat hendak menampar makhluk yang ada di depannya.
“Rupanya kau!” Tuding Noly seraya berbisik. Tak ayal lagi tangannya langsung menjewer telinga pria tampan di depannya.
“Tidak ada waktu lagi untuk bertengkar! Ayo kita kejar hantu itu!” Tegas Kusa sambil menghempaskan tangan Noly dan berlari keluar pagar yang langsung diikuti oleh Noly.
Dengan sangat hati-hati, mereka membuntuti hantu tersebut. Terkadang mereka harus menyembunyikan tubuh mereka di balik pohon karena makhluk itu sesekali menoleh ke belakang dan terlihat mengendus seolah tahu kalau ada orang yang sedang mengikutinya. Keduanya terus mengikutinya sehingga tidak sadar kalau mereka sudah jauh meninggalkan perkampungan dan sudah berada ditengah hutan.
Tiba-tiba makhluk itu menghilang dari pandangan mereka seolah ditelan bumi. Nyali kedua sahabat itu langsung ciut karena kali ini mereka baru mempercayainya dan melihat dengan mata mereka sendiri kalau itu benar-benar hantu. Noly sendiri adalah seorang gadis yang agak tomboy dan tergolong berani. Namun, kenyataan di depan matanya kali ini benar-benar membuatnya ketakutan dan bahkan menarik napasnya berkali-kali
“Hei, santai! Ayo kita selidiki!” Ajak Kusa sambil menggandeng tangan Noly.
Keduanya mengendap-endap diantara semak sambil mengamati sekelilingnya dengan tidak mengeluarkan bunyi apapun. Tiba-tiba, telinga mereka sayup-sayup menangkap percakapan yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka bersembunyi.
{Sepertinya penduduk mulai ketakutan dengan teror hantu yang kita sebarkan}
{Benar! Jadi mulai sekarang kita bebas melakukan rencana kita di desa ini}
{Tapi apa kalian yakin jika penduduk percaya dengan adanya hantu?}
{Bagaimana tidak percaya bos. Bahkan sekarang jam empat sore saja sudah tidak ada penduduk yang berani keluar rumah lagi}
{Huahahahahha! Jadi tidak ada yang akan menghalangi niat saya ini}
“Apa kalian yakin? Rasanya tidak akan seperti itu karena hari ini juga kami akan mengirim kalian ke penjara!” Ujar Kusa lantang dan langsung menarik tangan Noly keluar dari tempat persembunyian mereka. Noly hampir saja pingsan karena menurutnya tindakan Kusa ini tergolong nekat dan berlebihan. Walau sebenarnya ia tahu kalau sahabatnya itu pandai bela diri. Namun, banyaknya penjahat di depan mata mereka membuatnya meragukan kemampuan sahabatnya itu.
“Oh, ternyata hanya seekor tikus saja. Tenang! Bukan kau yang akan mengirim kami ke penjara, tapi kami yang akan mengirim kalian ke neraka.”
“Dan untuk gadis di sampingmu, akan saya jual kepada kenalan saya. Harganya pasti lumayan mahal!” Jawab Bos gerombolan itu sambil mengamati Noly dari ujung rambut sampai ujung kaki.
“Kalian, cepat bunuh bocah ini!” Perintah bos kepada anak buahnya.
”Angkat tangan! Rupanya kalian hantunya. Hantu jadi-jadian yang telah meresahkan kami.” Sebuah suara lantang terdengar dari balik semak
Karena kaget, seorang penjahat itu langsung berlari kearah Noly untuk menjadikannya sandera. Namun, gerakan cepat Kusa benar-benar membuat penjahat itu jatuh dengan kesakitan sambil memegangi lututnya. Rupanya tendangan Kusa membuatnya tak berdaya.
Dengan sigap para Linmas dan semua perangkat desa mengikat para penjahat itu dan mengantarkan mereka ke kantor polisi. Setelah diinterogasi, barulah ketahuan kalau tujuan mereka menyebarkan teror hantu adalah agar para penduduk desa takut dan meninggalkan desa itu agar mereka bisa leluasa mencari tempat tambang emas yang dirahasiakan oleh penduduk desa karena ingin tetap melestarikan tanah dan alam tempat dimana mereka tinggal. Penduduk desa itu tidak ingin agar kekayaan alam yang telah diwariskan oleh para pendahulu mereka harus lenyap di tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan serakah.
Polisi kemudian memberikan penghargaan khusus kepada Noly dan Kusa karena berani membuka topeng para penjahat itu.
Beberapa hari kemudian
“Dari mana linmas dan para penduduk tahu dan datang tepat waktu saat kita terdesak?” Tanya Noly bingung karena saat itu ia sudah pasrah pada keadaan yang mereka hadapi.
“Dari sini!” Jawab Kusa sambil mengangkat handphonenya dengan senyum mengembang sambil mengedipkan matanya untuk menggoda sahabatnya itu.
END