DETIKDATA, ENDE – Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) terlibat dalam Parade Kebangsaan memeriahkan hari lahir Pancasila di Kota Ende, NTT. Rabu (31/05/23).
Selain menyelenggarakan pembukaan rangkaian kegiatan Pancasila Fest di Kabupaten Ende, sabtu (27/05/23). GMKI juga diundang untuk terlibat dalam Parade Kebangsaan.
Sekretaris Fungsional Bidang Penelitian dan Pengembangan Pengurus Pusat GMKI, Ferdinand Umbu Tay Hambandima mengatakan bahwa antusiasme warga pada acara ini menunjukkan kerinduan masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila, yang salah satunya digali di tempat ini.
“Ende adalah tempat dimana Bung Karno pernah diasingkan, tempat ini menjadi salah satu tempat Bung Karno menggali nilai-nilai Pancasila,” kata Ferdinan.
Lanjut Ferdinand, Pancasila bukan hanya sejarah masa lalu, tetapi, masyarakat harus tetap mengabadikan nilai-nilai Pancasila untuk hari ini dan masa mendatang.
Sementara, Koordinator Wilayah VII PP GMKI, Arnol Nggadas menyampaikan bahwa sebagai warga NTT, khususnya Kota Ende, harus berbangga karena telah menjadi bagian sejarah terbesar Bangsa Indonesia, dimana dari sudut Kota Ende, tepatnya di bawah Pohon Sukun, telah menginspirasi Bung Karno menemukan Butir – butir Pancasila sebagai dasar negara kita.
“Tugas kita saat ini adalah mengamalkan nilai – nilai luhur Pancasila dalam kehidupan kita sehari – hari, dan terus mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Mari kita terus gelorakan semangat Pancasila di sanubari kita, agar sampai kapanpun Pancasila selalu menjadi rumah ideal bagi bangsa ini,” ujar Arnol.
Senada dengan itu, Ketua Umum PP GMKI, Jefri Gultom saat dihubungi media menyampaikan bahwa Rumusan Pancasila adalah siasat intelektual Soekarno yang paling progresif. Bahkan diakui negara lain. Tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah mengapa atau kenapa harus di Ende?
“Menurut saya bisa jadi ini adalah restu alam semesta. Pertanyaan kedua, mengapa atau kenapa soekarno harus diasingkan di Flores, tepatnya di kota Ende?”
“Kaum musafir bilang ini kode alam. Para mistikus bilang ini misteri kekuasaan Yang Maha Kuasa. Apa jadinya jika indonesia tanpa Ende atau Flores. Sila lain mungkin masih ada tapi simpul keindonesiaan saya pastikan tidak akan ada. Simpul keindonesiaan adalah sila Persatuan Indonesia,” lanjut Jefri.
Menurut Jefri, Ende adalah jiwa yang menghidupkan bangsa ini. Ende adalah simpul tenun kebangsaan mengikat perbedaan secara alami. Dari kota ini, kita melihat indonesia yang terbentuk secara apik dari utara hingga selatan. Dari kota ini, kita melihat indonesia berderet makna dari timur hingga barat. Dari kota ini kita menikmati kedamaian. Dari kota ini kita memaknai toleransi.
“Kota ini menjadi teropong persatuan untuk melihat keberagaman sebagai universalitas nilai kemanusiaan. Itulah mengapa Bung Karno menempatkan diri untuk menimbah kebijaksanaan dan belajar dari para misinonaris SVD (Societas Verbi Divini).”
“Kota ini jadi warisan luhur bangsa sebagai harmoni dari komposisi nada – nada indah yang disatukan not-not yang berbeda. Dari kota ini, Indonesia dengan realitas perbedaannya bisa kita maknai dalam Tarian Gawi,” jelasnya.
“Kota ini jadi titik temu perbedaan bangsa indonesia seperti cahaya fajar yang ketika saatnya terbit, kegelapan manapun tak akan menghalangi,” pungkas Jefri Gultom. (DD/YW)