Mengukir Senja : Berani Memulai Perjalanan Keindahan oleh Asrin Veronica J. Radjah

  Dalam kisah yang dipenuhi dengan pesona dan keajaiban. Kita berjalan menelusuri langkah seorang gadis muda bernama Starla. Hidupnya dipenuhi dengan rasa penasaran dan keinginan mengeksplore keindahan dunia. Starla seorang gadis muda yang juga merupakan seorang mahasiswi di sebuah universitas di Pulau Sumba. Ia tinggal di tengah kota yang begitu ramai dan sibuk. Tak heran ia terjabak dalam kehampaan rutinitas sehari-hari. Saat matahari terbit, ia melangkahkan kakinya dengan pasti pada jalan yang sudah sering ia lewati, menuju tempat yang sering ia kunjungi. Namun ketika matahari terbenam menggambarkan langit dengan warna-warni memukau, ia merasakan dorongan yang kuat untuk memulai perjalanan menuju keindahan yang belum pernah ia temui.

 Dengan hati yang berdebar-debar, Starla mengumpulkan sejuta keberanian untuk melangkahkan kaki ke jalan lain yang belum pernah ia lalui. Ditemani oleh ransel kecil yang berisi mimpi-mimpi dan aspirasi, Starla menyusuri jalan itu dengan penuh harapan sekalipun jalan itu penuh misteri dan keajaiban. Dalam perjalanannya menuju tempat yang ia cari, Starla menikmati jutaan keindahan sepanjang perjalanan itu. Meskipun berjuta keindahan dan pesona yang ia temukan dalam sepanjang perjalanannya, namun dalam dirinya terasa ada kekosongan yang sulit untuk diisi.

 Suatu hari, dalam perjalanannya menuju keindahan yang belum pernah ia temui, mata Starla tertuju pada sebuah rumah kecil yang tersembunyi diantara deretan gedung-gedung di kota itu. Sepertinya rumah itu terlihat ramai dengan aktivitas, dan cahaya yang memancar dari dalamnya menarik perhatian Starla. Rasa penasaran yang membakar hati Starla mendorongnya untuk melangkah masuk ke dalam rumah itu. Dengan penuh keberanian ia mencoba mendorong pintu gerbang dari rumah itu, berharap akan dibukakan oleh sang penghuninya. Dengan serpihan keraguan, starla bertanya dalam hatinya “akankah pintu gerbang rumah ini terbuka untukku?”. Suatu keajaiban, tak menunggu waktu lama pintu gerbang rumah itu terbuka. Starla melangkahkan kakinya untuk masuk dalam rumah itu. Begitu ia masuk, ia disambut oleh atmosfer yang hangat dan penuh kasih. Suara tawa dan nyanyian memenuhi udara dan senyum hangat dari orang-orang yang tinggal dalam rumah itu menyambut kedatangannya.

 Starla mulai mengamat-amati seluruh isi rumah itu. Rumah dengan nuansa biru itu memiliki arsitektur yang unik, dengan setiap ruangan mewakili bagian yang berbeda dari kehidupan sosial dan emosional. Starla mulai duduk di ruang pertama yang adalah ruang tamu. Ia berjumpa dengan beberapa orang yang tinggal di rumah itu, dan mulai berkenalan dengan mereka. Suatu kenyataan yang sangat mengherankan, ternyata orang-orang yang tinggal dalam rumah itu memiliki latar belakang dan cerita kehidupan yang berbeda-beda, tetapi mereka semua bersatu dalam semangat persaudaraan. Dalam ruangan itu Starla mulai mendengarkan berbagai pengalaman dari orang-orang yang sudah lama tinggal di tempat itu. Tidak hanya menjadi pendengar, Starla juga diajak untuk menceritakan pengalamannya.

 Setelah saling bertukar cerita, starla diajak berkeliling menelusuri lebih dalam isi dari rumah itu. Dalam langkahnya menelusuri isi rumah, Starla merasakan bahwa rumah itu bukan hanya sekedar tempat tinggal bagi keluarga yang mendiaminya, tetapi juga menjadi tempat untuk membuat perubahan positif dalam dunia mereka. Langkah Starla berhenti pada sebuah ruangan yang disebut “Ruang Kreativitas”. Ruang kreativitas tersebut diibaratkan sebagai tempat di mana semangat, kebijaksanaan, dan kepeduliaan sosial tumbuh dan berkembang. Di dalamnya, terdapat meja-meja yang dipenuhi dengan catatan, ide-ide, dan rencana aksi untuk berbagai kegiatan sosial dan pelayanan masyarakat yang diadakan oleh mereka yang ada dalam rumah itu. Setiap minggu, para anggota keluarga di rumah itu akan berkumpul di ruang kreativitas untuk berdiskusi tentang proyek-proyek baru, berbagi ide, dan merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan mereka lakukan. Mereka merancang program-program untuk membantu komunitas sekitar, menyebarkan pesan-pesan positif di lingkungan mereka. Lebih dari itu, ruangan tersebut juga menjadi tempat dimana para anggota keluarga menemukan dukungan emosional dan semangat yang saling menginspirasi.

 Beralih dari ruang kreativitas, Starla diajak lagi untuk berjalan melihat satu ruangan yang disebut “Ruang kebaktian”. Ruang kebaktian adalah tempat di mana para anggota keluarga dalam rumah itu berkumpul untuk beribadah bersama, memperkuat iman mereka dan memberi dukungan spiritual satu sama lain. Mereka menyanyikan lagu-lagu pujian, mendengarkan khotbah, dan saling mendoakan, menciptakan atmosfer yang penuh dengan cinta dan kasih. Ruangan itu diandaikan sebagai napas hidup para anggota keluarga di rumah itu.

 Selain ruang kreativitas dan ruang kebaktian, Starla juga diajak masuk dalam satu ruangan lagi. Ruangan itu adalah ruang sidang. Ruangan itu bukan hanya tempat untuk pertemuan formal, tetapi juga sebuah tempat di mana keputusan besar diambil, konflik diselesaikan, dan ide-ide besar dipertukarkan. Ruang sidang itu diibaratkan hati dari rumah tersebut, tempat dimana keputusan penting diambil. Di dalam ruang sidang itu, terdapat meja bundar besar di tengah ruangan yang melambangkan keadilan dan kesetaraan. Di sekelilingnya, terdapat kursi-kursi yang diisi oleh anggota keluarga yang duduk bersama-sama untuk berdiskusi dan mengambil keputusan yang terbaik untuk rumah mereka. Setiap kali ada masalah yang diatasi atau keputusan yang perlu diambil, anggota keluaraga berkumpul di ruang sidang. Mereka mendengarkan satu sama lain dengan penuh perhatian, menghargai sudut pandang masing-masing, dan mencari solusi yang paling baik untuk kepentingan bersama. Tidak jarang, ruang sidang itu menjadi tempat yang penuh emosi, di mana ketegangan dan konflik bisa muncul. Namun, dengan kebijaksanaan dan pemahaman, anggota keluarga selalu berhasil menemukan jalan keluar yang damai dan harmonis. Ruang sidang itu menjadi simbol persatuan dan kekuatan keluarga. Di sinilah cinta, kebijaksanaan, dan keadilan menjadi panduan bagi setiap langkah yang mereka ambil. Dan ditengah-tengah segala perubahan dan tantangan, ruang sidang itu tetap menjadi titik stabil dan kokoh yang menjaga keutuhan dan kebahagiaan rumah tersebut.

 Rumah sederhana dengan nuansa biru yang memiliki arsitektur dan desain ruangan yang sangat menarik membuat Starla semakin terpesona dan jatuh hati dengan rumah itu. Langkah demi langkah Starla melewati ruangan-ruangan dalam rumah itu. Hingga akhinya, tidak terasa Starla berada pada ruang paling terakhir dalam rumah itu, Ruang refleksi adalah sebutan untuk ruang terakhir itu. Ruang refleksi adalah tempat khusus dalam rumah itu, di mana para anggota keluarga dapat merenung, meresapi, dan mempertimbangkan perjalanan spiritual dan pelayanan mereka. Di ruang ini, suasana tenang dan hening memungkinkan para anggota keluarga menyendiri dan mengintropeksi diri. Dinding-dinding ruang refleksi dihiasi dengan kutipan-kutipan inspiratif, lukisan menenangkan, dan tempat duduk yang nyaman untuk bermeditasi. Ruang refleksi menjadi tempat yang sangat berharga di rumah biru itu. Di ruang refleksi inilah mereka menemukan ketenangan, dan kekuatan untuk melanjutkan perjalanan mereka dalam iman dan pelayanan di tempat lain. Di ruang refleksi ini juga, para anggota keluarga yang sudah cukup dewasa memikirkan kemana kaki mereka akan melangkah pergi setelah sekian lama tinggal di rumah itu. Setelah menemukan sejuta cinta dan banyak bekal di rumah biru itu, maka menjadi sebuah komitmen bagi semua anggota keluarga untuk menyebarkan cinta itu ke tempat lain. Tapi juga tidak melupakan rumah yang menjadi tempat mereka menemukan jutaan cinta itu.

 Sungguh, rumah yang sangat keren dengan suasana yang begitu indah bagi Starla. Ia menetapkan langkah untuk terus tingggal dalam rumah itu. Dalam perjalanan beradaptasi di rumah itu, Starla tidak lagi dianggap sebagai orang asing. Ia bukan lagi tamu tapi ia sudah menjadi anggota keluarga dalam rumah itu. Jutaan cinta dan kehangatan Starla dapatkan, dukungan dan motivasi untuk berani dan mengasah kemampuannya ia temui di rumah biru yang sederhana itu. Sejak awal menginjakkan kakinya di tempat itu, Starla telah jatuh cinta dengan rumah biru yang sederhana dan orang-orang dalam rumah itu. Baginya ini adalah rumah yang ia cari, keindahan yang ia dambakan dan harapkan. Ia ingin tinggal lebih lama dan menetap dalam rumah sederhana itu. Di tempat itu, ia merasa diterima dan dicintai apa adanya dan ia mulai merasakan bahwa ia menemukan tempat dimana ia bisa bertumbuh dalam imannya, mengekspresikan diri melalui pelayanan, dan menemukan makna yang lebih dalam dalam kehidupannya. Keberaniannya untuk melangkahkan kaki menuju perjalanan keindahan yang ia bayangkan tidak sia-sia. Ia berhasil menemukan sesuatu untuk mengisi kekosongan dalam dirinnya yang sulit diisi. Bagi Starla, rumah biru itu bukan hanya tempat untuk berada, tetapi sebuah rumah yang selalu menyambutnya kembali dengan tangan terbuka. Di rumah biru itu Starla mengukir jutaan keindahan dari perjalanannya.

Jika kau tanya rumah biru yang starla maksudkan itu seperti apa?

Jawabannya ada di Sini