DETIKDATA, KUPANG – Karantina Pertanian Kupang menyambut Viktor Bungtilu Laiskodat selaku Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) beserta jajaran yang melakukan tinjauan pada pembangunan Instalasi Karantina Hewan (IKH) Karantina Pertanian Kupang, sekaligus saling berkoordinasi untuk menyinergikan seluruh pembangunan khususnya di bidang peternakan. Senin (27/09/21)
Viktor Laiskodat memberikan atensi tinggi pada bidang peternakan. NTT menjadi salah satu lumbung ternak Indonesia, hal ini menjadi prospek untuk melesatkan perekonomian masyarakat dan meningkatkan pendapatan daerah. Salah satu faktor utama peningkatan produksi terdepan dalam perlindungan pertanian dan keragaman sumber daya hayati yang dimiliki Indonesia.
Ketersediaan sarana dan prasarana perkarantinaan yang memadai, menjadi salah satu syarat terlaksananya tindakan karantina yang sesuai Standar Operasional Prosedur mencegah masuk dan tersebarnya penyakit hewan maupun tumbuhan.
Sesuai tuntutan dan tanggung jawab yang telah diamanahkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2019 tentang, “Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan”, maka Badan Karantina Pertanian yang merupakan institusi penanggung jawab pelaksanaan perkarantinaan di Indonesia menugaskan Balai Karantina Pertanian Kupang untuk melaksanakan sistem perkarantinaan pertanian di Provinsi NTT.
Drh.Yulius Umbu Hunggar selaku Kepala Balai Karantina Pertanian Kupang memaparkan, “Pembangunan IKH ini sebagai salah satu wujud upaya keras pemerintah dalam mencegah masuk dan tersebarnya Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) yang sangat berbahaya bagi kelestarian sumber daya alam serta melindungi sumber daya nutfah hewan kita di Provinsi NTT”. Sebagaimana diketahui dengan masuk dan tersebarnya hama penyakit hewan karantina dapat menghambat isu-isu perdagangan ekonomi pada masa mendatang serta menghancurkan sendi-sendi ekonomi peternakan khususnya di Provinsi NTT.
IKH ini diperuntukkan sebagai tempat tindakan karantina hewan terhadap ternak besar yang dilalulintaskan khususnya melalui Pelabuhan Tenau, Kupang. Sumber data IQFAST Karantina Pertanian Kupang mencatat puluhan ribu ekor sapi telah melalui pemeriksaan pada IKH ini setiap tahunnya, dari awal tahun hingga 22 September 2021 telah lebih dari 29 ribu ekor sapi telah dilaulintaskan baik menuju Pulau Kalimantan maupun Pulau Jawa.
IKH Karantina Pertanian Kupang dibangun pada lahan seluas 20 ribu meter persegi. Karantina Pertanian Kupang sebelumnya telah memiliki 7 kandang dengan kapasitas 1.300 ekor sapi. Pembangunan IKH pada tahun anggaran 2021 ini menuntaskan dua bangunan kandang baru yaitu kandang berkapasitas 150 ekor sapi dan kandang multifungsi berkapasitas 120 ekor ternak besar. Selain itu guna peningkatan pelayanan prima, juga dibangun beberapa fasilitas pendukung berupa “car wash”, satu unit bak penampungan air, tiga unit bak penampungan limbah, unit loading dock serta gudang pakan.
“Selama ini kita sering mengalami over kapasitas daya tampung ternak sapi. Dengan penambahan dua kandang yang baru, jadi total kapasitasnya bertambah 250 ekor ternak sapi. Kita sudah rencanakan untuk tahun 2022, akan ada enam kandang baru yang dibangun. Dengan luas kawasan 2.7 Ha/hampir tiga hektar, kedepan kita bisa bangun total 16 kandang baru yang tentu semula kapasitas penampungan 1.550 ekor, akan sanggup menampung hingga 3.000 ekor sapi,” ungkap Drh.Yulius Umbu Hunggar.
Viktor Laiskodat juga menambahkan melalui IKH, kualitas dan kesehatan hewan ternak yang didatangkan untuk diekspor atau dikembangkan di daerahnya bisa dikontrol. Ia berharap dengan penambahan beberapa kandang yang baru akan meningkatkan produktivitas peternakan di NTT.
“IKH jelas akan menjamin kualitas kesehatan ternak yang kita miliki. Dengan adanya penambahan kandang yang baru, akan mampu menampung hingga 3.000 ekor lebih sehingga kita mampu mendorong produktivitas. Oleh karena itu pentingnya koordinasi lintas sektor untuk mensinergikan seluruh Pembangunan khususnya dalam bidang peternakan,” ungkap Viktor Laiskodat.
Tidak lupa Ia pun menyinggung soal pentingnya pembentukan bio security dan bio industry untuk dibangun di Provinsi NTT.
“Kekurangan kita karena di Provinsi NTT belum punya yang namanya Laboratorium biosecurity dan bioindustry. Kedepan kita akan siapkan, kita desain, kerjasama dengan Pemerintah Pusat agar ini semua dapat dibangun disini. Sangat penting karena terkait dengan seluruh virus atau penyakit ternak dapat kita analisis dan kaji sendiri sehingga tidak menghambat isu-isu ekonomi perdagangan pada masa yang akan datang,” ungkap Viktor Laiskodat. (DD/YH)